Jumat, 07 Mei 2021

Menejemen Pengolahan Pakan Hijauan Ternak Ruminansia

 

 BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Perkembangan ternak ruminansia di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan pakannya. Menurut Jayanti (2011), pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dan kelangsungan usaha produksi ternak, dan Ma’sum (2011) menyatakan bahwa, pakan berpengaruh langsung terhadap produksi, produktivitas dan Kesehatan ternak. Sehingga setiap keberhasilan dalam pemeliharaan hewan ternak adalah tergantung pada pakan yang diberikan.

Umumnya pakan yang diberikan terhadap ternak ruminansia termasuk sapi potong adalah hijauan, konsentrat dan pakan tambahan atau suplemen (Muttaqin dan Novia 2011). Dalam sistem produksi ternak ruminansia, tanaman pakan merupakan sumber pakan hijauan yang mutlak diperlukan dan harus tersedia baik secara kualitatif maupun kualitatif, karena merupakan pakan utama yang digunakan ternak ruminansia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Dinyatakan oleh Saparinto dan Yulianto (2013) bahwa pakan hijauan merupakan pakan berserat yang bisa berupa rerumputan, legum atau limbah pertanian seperti jerami padi, daun kacang tanah dan jerami jagung.

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak adalah suatu bentuk sinergi yang baik untuk meningkatkan produksi pertanian, peternakan dan perbaikan kualitas lingkungan (Lemaire et al, 2013). Hal tersebut sejalan dengan iklim yang ada di Indonesia yaitu iklim tropis yang dimana pada saat musim penghujan ketersediaan hijauan sangat melimpah bahkan bisa berlebih. Namun pada musim kemarau ketersediaan hijauan sangat kurang bahkan sampai kekeringan sehingga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hewan ternak. sehingga pemanfaatan limbah pertanian digunakan guna memenuhi kebutuhan gizi hewan ternak.

Menurut Sudarwati et al(2013), bahwa upaya untuk meningkatkan nilai gizi limbah tanaman pangan dengan menggunakan teknologi pakan telah diterapkan dimasyarakat seperti perlakuan fisik, kimiawi serta biologis. Ditingkat peternak penerapan teknologi peningkatan kualitas limbah tersebut memiliki hambatan dengan berbagai alasan, seperti kurangnya fasilitas untuk penyimpanan dan terjadinya penambahan beban biaya dan tenaga kerja bagi peternak dengan melakukan teknologi tersebut.

Berdasarkan pernyataan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul”Pengolahan Pakan Hijauan Sapi Potong di BBPP Batu” sebagai langkah alternatif untuk mengatasi keterbatasan bahan pakan di Indonesia pada umumnya dan Madura khususnya. Semoga dengan dilaksanakan Kerja Praktek ini nantinya bisa bermanfaat pada semua pihak, khususnya saya sendiri, untuk mengembangkan ilmu tentang pengolahan pakan hijauan pada ternak.

1.2    Rumusan Masalah

Bagaimana Pengolahan Pakan Hijauan Sapi Potong di BBPP Batu

1.3    Tujuan

Untuk mengetahui Pengolahan Pakan Hijauan  Sapi Potong di BBPP Batu

1.4    Kegunaan

Dapat mengetahui Pengolahan Pakan Hijauan Sapi Potong di BBPP Batu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Manajemen Pakan

Manajemen pakan adalah penyediaan pakan yang memenuhi syarat teknis biologis sesuai kebutuhan satwa dan secara teknis ekonomi murah dan mudah diperoleh serta tersedia secara berkelanjutan. Zat makanan (zat gizi) pada satwa harus terdiri dari unsur-unsur penyusunan bahan makanan, yaitu air dan bahan kering. Bahan kering terdiri atas zat organik dan anorganik. Zat organik meliputi senyawa bernitrogen (protein & non-protein), lemak(lipid), karbohidrat dan vitamin. Zat anorganik (mineral) meliputi mineral asensial (makro: Ca, P, Mg, Na, K, Cl, S; & mikro seperti Fe, Cu, I, Cr dsb) dan mineral non-asensial. Syarat pakan untuk ternak harus seimbang (mengandung zat makanan yang diperlukan ternak dalam jumlah yang tepat untuk memenuhi semua fungsi fisiologis tubuh)

2.2       Jenis Pakan Hijauan

Pakan hijauan adalah pakan utama bagi ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba dan lainnya yang terdiri dari rerumputan, kacang-kacangan, dan dedaunan yang tidak termasuk keduanya. Adapun pakan hijauan juga bisa berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, daun jagung, pucuk tebu dan lain sebagainya.

a.    Pakan hijauan rumput-rumputan

Pakan hijauan Rumput dapat dibagi menjadi 2, yakni hijauan rumput liar dan hijauan rumput dibudidayakan atau sengaja ditanam. rumput liar yang bisa diberikan terhadap ternak diantaranya seperti rumput alang-alang (Imperata cyilindrica), rumput jarum (Andropogon acicularus), dan rumput teki; dan untuk rumput yang ditanam diantarannya Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Rumput Benggala (Pannicummaximum), Rumput Raja (King Grass), Rumput Setaria (Setaria sphacelate), odot dan integofera.

Setaiap jenis rumput biasanya mempunyai kandungan nutrient yang berbeda namun perbedaannya tidak terlalu jauh. Namun yang banyak di manfaatkan karena ketersediaannya melimpah antara lain, rumput gajah memiliki kandungan nutrien berupa bahan kering 20,29%, protein kasar 6,26%, lemak 2,06%, serat kasar 32,60%, abu 9,12%. Rumput odot : Kandungan gizi pada rumput odot antara lain, kadar lemak daun 2,72% , kadar lemak daun 0,91 , protein daun 14,35% , protein batang 8.1 % , TDN (Total nutrisi yang dicerna) pada daun 72,68 % , TDN (Total nutrisi yang dicerna) batang 62,56% , dan protein kasarnya 14 %.

b.        Pakan hijauan kacang-kacangan(leguminusa)

Pakan ini mempunyai keunggulan lain jika dibandingkan jenis pakan hijauan lainnya seperti mengandung nilai gizi yang tinggi seperti protein dan mineral, lebih disukai ternak dan mudah untuk dicerna, adapun kacang-kacangan yang bisa digunakan meliputi Gamal (Gliricidia sepium), Turi (Sesbania grandiflora), Lamtoro (Leucaena glauca), Kaliandra (Calliandra calothyrsus), Centro (Centrosema pubescens), Kalopo (Calopogonium muconoides), Daun kacang Tanah/rendeng, Daun Kacang Panjang, dan Kacang Ruji (Pueraria phaseoloides). Jenis pakan ini menjadi sumber nutrisi yang baik karena mengandung protein kasar sebanyak 20 % total bahan kering

c.    Pakan Hijauan Limbah Pertanian

Jenis pakan ini merupakan hijauan yang tidak termasuk kedalam 2 jenis pakan hijauan diatas atau biasa dikenal dengan hijauan dari limbah pertanian, seperti Jerami padi (oriza sativa), daun dan batang jagung (Zea mays), ketela pohon (Manihot utilissima), ubi (Ipomea batatas), daun waru (Hibiscus tiliaceus), daun bunga sepatu (Hisbicus Rosasinesis) dan masih banyak lainnya.

Limbah pertanian seperti jerami padi memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Ditinjau dari nutrisi, jerami padi mengandung protein kasar antara 2-6% dan energi 40-48%  (Siregar, 1994). Pakan limbah pertanian biasanya dilakukan perlakuan khusus terlebih dahulu untuk mengurangi serat kasar dan menjaga kandungan nutrisi yang terkandung pada pakan sehingga pakan bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang terlebih lagi bisa digunakan sebagai alternatif pakan pada musim kemarau.

2.3       Pengolahan Pakan Hijauan Sapi Potong

Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dari bobot badan ternak. Pemberian  hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari dengan cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-pendek agar lebih mudah dikon­sumsi. Biasanya untuk kebanyakan peternak dalam skala kecil biasanya masih menggunakan cara tradisional dalam merajang pakan karena lebih terjaga nilai ekonomisnya tapi lebih banyak menguras energi bagi peternak.

Pakan hijauan limbah pertanian mengandung serat kasar yang tinggi sehingga harus dilakukan perlakuan khusus terlebih dahulu seperti silase, hay dan lain sebagainya guna mengurangi serat kasar pada pakan. Pakan hijauan limbah pertanian yang sudah dilakukan perlakuan khusus akan menambah palatabilitas ternak dan mengurangi energi yang dikeluarkan oleh sapi dalam proses konsumsi.

2.4  Mesin Pengolahan

Perajangan pakan ternak yang dilakukan oleh peternak kebanyakan masih bersifat tradisional, yaitu pemotongan secara manual dengan menggunakan sabit atau golok. Bagi peternak kecil cara ini masih dianggap memadai. Namun bagi peternak sedang dan besar, cara ini kurang efektif karena memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Disamping itu penggunaan sabit kurang aman bagi orang yang merajang pakan tersebut (Anonim, 2017).

Mesin perajang hijauan pakan ternak (chopper) di lapangan memangsudah ada.Akan tetapi dari segi bentuk alat-alat tersebut dinilaikurang praktis dan sulit dipindah tempatkan. Selain itu harganya mahal, mungkinhanya peternak besar yang mampu membelinya. Kisaran harga mesin perajanghijauan yang penulis dapatkan di lapangan sekitar 8 sampai 10 juta rupiah.Hal inimenjadi batu sandungan bagi peternak yang terbatas dari segi modal. Sebagaicontoh peternak-peternak kalangan menengah di daerah Gunungkidul, yaitumereka yang paling tidak mempunyai sapi 5 ekor. Mereka merasa keberat an jikaharus membeli mesin perajang hijauan dengan kisaran harga tersebut di atas(Anonim, 2017).

  


 

DAFTAR PUSTAKA

Jayanti, Rika. 2011. Alternatif Menjaga Ketersediaan Pakan Ternak. [TerhubungBerkala]. http: banten.litbang.deptan.go.id

Ma’sum, M. 2011. Pedoman Umum Pengembangan Unit Pengolahan Pakan. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian. Jakarta

Muttaqin, M. I. H., dan Novia, Astri. 2011. Beternak Sapi, Kambing, dan Domba Potong. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta

Siregar, S. B.,1994. Ransum Ternak Ruminansia, Penebar Swadaya, Jakarta

Lemaire G, Franzluebbers A, Carvalhoc PCF, Dediue B. 2013. Integrated Crop- Livestock System: Strategis To Achieve Synergy Between Agricurtural Production and Environmental Quality. Agric Acosyst Environ

Sudarwati H, Susilawati T. 2013. Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal melalui integrasi ternak sapi potong dengan usahatani, J. Ternak Tropika

Anonimos. 2017. Perancangan Mesin Perajang Hijauan Pakan Ternak.pdf